Cari Blog Ini

25 Januari 2009

Si Bobby


(Bacaan Dewasa)

Malam minggu. Seperti dua malam minggu sebelumnya, Bobby Keling eh,
Kriting…(aku garuk-garuk dengkul, ah sukamulah yang mana), bersiul-siul kecil sambil mematut-matutkan dirinya di depan cermin. Senyam-senyum, melek, merem, melek lagi lalu komat-kamit baca mantra sambil mengoles baby powder ke mukanya.
Read more (1091 words)

Masih di ingatnya dulu, si nenek bilang, “bacalah mantra ini, lalu oleskan sedikit bedak di mukamu, agar kau kelihatan lebih ganteng.”
Aha! betul juga kata si nenek, buktinya, tiap Bobby naik angkot , biar itu gadis, perempuan, wanita pada senyum-senyum ke arahnya. Dia gak sadar kalau seisi angkot pada senyum-senyum lihat tahi lalat sebesar biji jagung (masih untung gak sebesar biji salak!) nangkring dengan gagah di ujung hidungnya.

“Di tempat biasa Bob?” tanya Mkoi, teman kosnya yang lagi duduk di atas meja sambil ngupil. Bobby tidak menjawab. Mulutnya masih komat-kamit. (panjang amat tuh mantra?)
Setelah selesai dengan mantranya, Bobby mencelupkan telunjuk ke mulutnya lalu membasahi tahi lalat dengan ludahnya. Kata neneknya, itu tahi lalat keberuntungan. Makanya Bobby amat bangga dengan tahi lalatnya ini. (bangga karena langka, gitu!)
“Ku pinjam motormu!” todong Bobby ke Mkoi. Mkoi yang lagi asyik korek-korek kupingnya pake bulu ayam melotot.
“Bah! kau ini, naek ojek napa?”
“Apa? kau tak suka?!” gertak Bobby. “Emang kau mau Maudi tahu kalau aku tak bermodal?” (aku mesem) Bobby ngotot sambil melotot. (sampai urat-urat matanya keluar)
Di pelototin begitu, Mkoi ciut. Setengah menggigil ia berikan kunci sepeda motor Harleynya, (keren kali, si Mkoi punya Harley. sirik aja lo pembaca!) “moga kau di tabrak sapi!” gerutunya dalam hati.
“Pesan terakhir?” tanya Bobby menurunkan nada suaranya. (harusnya gitu, di gertak, di dapet, baru di alusin)
“Hmm…, jadilah penyerang tengah, malam ini, bukan penjaga gawang!” (emang sepak bola?) Bobby manggut-manggut sambil mencium punggung tangan Mkoi. (lho?!)

=====(break dulu ah! mules! sabar!=====

Bobby melajukan Harleynya (yang malam ini motor punya Bobby tentunya) sedang, meski jalan menuju Taman Buaya tidak begitu ramai. Bobby bernyanyi-nyanyi kecil di atas motor yang nadanya begini :
Aku punya anjing kecil, ku beri nama Bobby.
Dia suka bermain-main sampai terkencing-kencing. (ehm?!)

Bobby mengingat-ingat kembali pertemuannya dengan Maudi tiga minggu yang lalu di pasar malam. Waktu itu malam minggu, (si jomblo satu ini emang fansnya Paris Hilton) begitu mendengar dari Mkoi kalau dvd vulgarnya Paris Hilton beredar, dengan semangat ‘24 (umur Bobby tuh!) tanpa babibu Bobby meluncur ke pasar malam. Begitu sampai, (tak usahlah aku menggambarkan suasana pasar malam, yang jelas ramailah) setengah berlari Bobby menuju ke penjual dvd bajakan langganannya.

Belum lagi sampai ke tempat yang dituju, “Bruk!” Bobby terjatuh.
“Kalo lari pake mata dong!” (lho? bukannya pakai kaki?) bentak seseorang. Bobby buru-buru berdiri tanpa rasa malu, (yang jelas punya kemaluan) meski banyak pengunjung tertawa melihat kejadian itu.
“Maapin abang, dek,” katanya pelan. Memungut sesuatu yang tadi terjatuh dari tangan cewek yang di tubruknya tanpa sengaja itu. Bobby menyodorkan beha ke cewek di depannya. Beha? Oh, ternyata cewek itu sedang memilih-milih beha yang akan di belinya (sebelum di tubruk si Bobby). Cewek itu tersipu.

Dari situlah perkenalan terjadi. Hingga mereka saling tukar nomor hape. Telpon-telponan, sms-an, ketemuan di Taman Buaya. Duduk di pojokan taman yang remang-remang cuaca (jauh dari lampu taman maksudnya), makan jagung bakar, cerita utara-selatan, (ngalor-ngidul) ngobrol pakai bahasa prancis, (gak nyambung) becanda, cekikikan. Ah, romantisnya.
Belum dapat nyium kan Bob? (tanyaku), banyak bacot lo! lanjutin nulisnya! perintah si Bobby. Eh?? Bah!!

=========loading khayal=========

Bobby melirik jam tangannya, mesem mengingat jam segitu Maudi sudah pasti menunggu di tempat biasa. Teringat akan pesan Mkoi, Bobby nyengir sendiri. (ingat!ingat! tugasmu malam ini sebagai penyerang!)
“Tak aku pungkiri, aku suka wanita, sebab aku laki-laki, masa suka pria?” nyanyi hatinya. (kau ini! pake comot lagunya si Iwan segala!) “Harus! harus malam ini aku dapatkan!” teriaknya bersemangat lalu mengacungkan kepalan tinjunya ke udara. (semangat Bobby perlu di acungi jempol kaki)
“Wong edun!” seru seorang pengendara motor yang mendahuluinya. Bobby melet.
“EGP!” balasnya. (EGP---Engkau Gendeng Pisan).

Belum lagi Bobby sampai di tempat parkir motor, dari kejauhan sudah di lihatnya Maudi yang duduk di bawah patung Buaya di tengah taman. Setelah memarkir motor, Bobby menghampiri Maudi.
“Halo darling, good night,” (sok bahasa inggris tapi ngawur!) Bobby tersenyum manis melihat Maudi berdiri menyambutnya.
“Halo horni,” (bukannya honey?) balas Maudi tersenyum lebih manis dari Bobby.
“Sudah lama say?” tanya Bobby menggamit lengan Maudi.
Maudi menggeleng, “walau sampai semaleman Maudi nunggu, juga gak papa say.” (gombal mukiyo! mana betah?)
“Seperti biasa?” ajak Bobby. Maudi mengangguk. Lalu mereka menuju ke rombong penjual jagung bakar. Setelah membeli dua buah jagung bakar, (maklum, uang di dompet cuman lima ribu doang!) mereka berjalan menuju pojok taman yang remang-remang. Mereka duduk di atas trotoar di bawah pohon akasia. Asyik makan jagung bakar tanpa bicara. Diam-diam Bobby mengawasi Maudi yang asyik mengunyah jagungnya.

Kulit coklat muda, hidung gak mancung amat, bibir agak tebal, rahang yang perkasa, (?) postur yang langsing menjurus kurus, lebih tinggi dari Bobby, suara yang berat dan serak, (?) tunggu dulu! Bobby menghentikan makannya. Mencoba mengingat-ingat. Bukankah baju itu yang di pakai Maudi dua malam minggu sebelumnya? tanyanya dalam hati. Baju warna hijau tua, dengan lengan dan leher panjang? celana jeans lusuh yang ada lubang di lututnya? ikat rambut warna oranye menyala? dan anting-anting sebesar gelang tangan? ah, masa bodohlah!

“Kenapa memandangku seperti itu say?” Bobby terkejut.
“Eh…ah…kamu cantik,” gagapnya.
“Masa sih?” Maudi tertawa kecil, manja. Membuang batang jagung seenak udelnya ke trotoar, dan duduk merapat kearah Bobby. Bobby berbuat hal yang sama. (dasar! gak sadar kebersihan bagian dari Iman ya?)
“Kenapa namamu Maudi sih?” canda Bobby. Maudi tertawa.
“Mau di apain aja say…,” Maudi menyentuh tangan Bobby, meremasnya, menaruh di atas pangkuannya.
“Ingat Bob, jadi penyerang!” mengingat pesan Mkoi tadi, tangan Bobby bergerak menyentuh wajah Maudi. Menatapnya lekat. Belum lagi Bobby melancarkan serangannya, Maudi memeluknya dan menciuminya bertubi-tubi. (eh?) Dari kepala turun ke wajah, lalu leher…eit tunggu!! (aku nelen ludah sendiri)
Bah! Kau ini! Serang dong! Hajar Bob! (aku mulai semangat).

Bobby tidak bisa membiarkan ini, dengan kasarnya di dorongnya tubuh Maudi ke pohon akasia. Mereka kini berdiri berhadapan.
“Wait darling,” Bobby mengatur nafasnya yang memburu. Tanpa menunggu aba-aba penulis, seperti kesurupan Bobby mencium bibir Maudi, memagutnya, mengulumnya, tak hanya itu, tangan Bobby mulai bergerak liar. Dari wajah turun ke leher dari leher turun ke dada.
Masih melumat bibir Maudi, tangan nakal Bobby mulai meraba-raba dada Maudi yang membusung, bahkan,kali ini ia mulai berani meremasnya. Maudi diam tidak melawan apalagi mencoba menghentikannya. Kosong! Di remasnya lagi, Melompong! Bobby tersentak. Namun, cumbuan Bobby tidak terhenti . (terlanjur nafsu!) Kali ini tangannya mulai menjalar ke bawah, mengelus perut Maudi. Maudi menggeliat keasyikan.Bobby dengan tergesa membuka kancing celana jeans Maudi, menelusupkan jari-jarinya ke bawah, mencari, merabanya…tunggu! ada yang aneh! ada yang menonjol dan mengeras, seperti…
“Gubrak!!” Bobby tak ingat apa-apa lagi.

Tidak ada komentar: